Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul Husna (nama- nama
Allah Ta‟ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang
sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran
manusia.
Betapa tidak, Allah Ta‟ala adalah zat maha indah dan
sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan
kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi
pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal
ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:
“Aku tidak mampu
menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana
(pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu”.
Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak
terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena
pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua
pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang
lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta‟ala
lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia,
sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan
kebaikan-Nya (kepada makhluk- Nya) lebih luas dan sempurna.
Sebagaimana Allah Ta‟ala menegaskan dalam al-Qur‟an bahwa
tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan
dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan
sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut. Allah
berfirman,
“Katakanlah:
Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS. al-Kahfi 109).
Dalam ayat lain Allah Ta‟ala juga berfirman,
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis- habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Luqmaan 27).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “(Dalam ayat ini)
Allah Ta‟ala berfirman memberitakan tentang keagungan, kebesaran dan
kemuliaan-Nya, serta nama-nama-Nya yang maha indah, sifat-sifat-Nya yang maha
tinggi dan kalimat- kalimat-Nya yang maha sempurna, yang tidak mampu diliputi
oleh siapapun (dari makhluk-Nya), serta tidak ada seorang pun yang mengetahui
hakekat dan mampu membatasi/menghitungnya, sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam … kemudian Ibnu Katsir menyebutkan hadits di atas
… Arti ayat ini: Seandainya semua pohon (yang ada di)
bumi dijadikan pena dan lautan (di bumi) dijadikan tinta dan ditambahkan lagi
tujuh lautan (yang seperti itu) bersamanya, untuk menuliskan kalimat-
kalimat Allah yang menunjukkan keagungan dan kemuliaan- Nya, serta
(kesempurnaan) sifat-sifat-Nya, maka (niscaya) akan hancur pena-pena tersebut
dan habis air lautan (tinta) tersebut (sedangkan kalimat-kalimat keagungan dan
kemuliaan-Nya tidak akan habis)”.
ARTI ‘KEMAHAINDAHAN’ DALAM AL-ASMA-UL HUSNA
Allah Ta‟ala berfirman,
“Hanya milik Allah-lah asma-ul husna (nama-nama yang maha
indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan nama- nama itu, dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran) dalam (menyebut dan memahami)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka lakukan” (QS. al-A‟raaf180).
Arti “al-Husna” (maha indah) dalam ayat ini adalah yang
kemahaindahannya mencapai puncak kesempurnaan, karena nama-nama tersebut
mengandung sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada padanya celaan/kekurangan
sedikitpun dari semua sisi.
Misalnya: nama Allah Ta‟ala “al-Hayyu” (Yang Maha Hidup),
nama ini mengandung sifat kesempurnaan hidup yang tidak berpermulaan dan tidak
akan berakhir. Sifat hidup yang sempurna ini mengandung konsekwensi kesempurnaan
sifat-sifat lainnya, seperti al-„ilmu (maha mengetahui), al- qudrah (maha
kuasa/mampu), as-sam‟u (maha mendengar) dan al-basharu (maha melihat). Allah Ta‟ala berfirman,
“Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) dan
tidak akan mati” (QS. al-Furqaan 58).
Demikian pula nama Allah Ta‟ala “al-„Aliimu” (Yang Maha
Mengetahui), nama ini mengandung sifat kesempurnaan ilmu (pengetahuan) yang
tidak didahului dengan kebodohan dan tidak akan diliputi kelupaan sedikitpun,
sebagaimana firman- Nya:
“Musa berkata:
“Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku di dalam sebuah kitab, Rabbku
(Allah Ta‟ala) tidak akan salah dan tidak (pula) lupa” (QS. Thaahaa 52).
Pengetahuan-Nya maha luas dan meliputi segala sesuatu secara
garis besar maupun terperinci, sebagaimana firman- Nya:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan
tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS. al-An‟aam 59).
Juga nama-Nya “ar-Rahmaan” (Yang Maha Penyayang), nama ini
mengandung sifat rahmat (kasih sayang) yang maha luas dan sempurna, sebagaimana
yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam sabda
beliau: “Sungguh Allah lebih penyayang terhadap hamba- hamba-Nya daripada
seorang ibu terhadap anak bayinya”
SEGI-SEGI ‘KEMAHAINDAHAN’ DALAM AL-ASMA-UL HUSNA
Hal ini diterangkan oleh imam Syaikh „Abdur Rahman as- Sa‟di
rahimahullah,7 dan kami akan bawakan keterangan beliau di sini beserta
keterangan tambahan dari para ulama lainnya.
1. Termasuk segi yang
menunjukkan kemahaindahan al- Asma-ul husna adalah karena semuanya mengandung
pujian bagi Allah Ta‟ala, tidak ada satupun dari nama- nama tersebut yang tidak
mengandung pujian dan sanjungan bagi-Nya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya
nama-nama Allah seluruhnya maha indah , tidak ada sama sekali satu namapun yang
tidak (menunjukkan) kemahaindahan. Telah berlalu penjelasan bahwa di antara
nama-nama-Nya ada yang dimutlakkan (ditetapkan) bagi-Nya ditinjau dari
perbuatan-Nya, seperti „al-Khaaliq‟ (Maha Pencipta), „ar-Razzaaq‟ (Maha Pemberi
rezki), „al-Muhyii‟ (Maha menghidupkan) dan „al- Mumiit‟ (Maha Mematikan), ini
menunjukkan bahwa semua perbuatan-Nya adalah kebaikan semata-mata dan tidak ada
keburukan sama sekali padanya…”.
2. Termasuk segi yang
menunjukkan kemahaindahan al- Asma-ul husna adalah karena semua nama tersebut
bukanlah sekedar nama semata, tapi juga mengandung sifat-sifat kesempurnaan
bagi Allah Ta‟ala. Maka nama- nama tersebut semuanya menunjukkan zat Allah
Ta‟ala, dan masing-masingnya mengandung sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Sesungguhnya nama- nama Allah
yang maha indah adalah a‟laam (nama-nama yang menunjukkan zat Allah Ta‟ala) dan
(sekaligus) aushaaf (sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah Ta‟ala yang dikandung
nama-nama tersebut). Sifat-Nya tidak
bertentangan dengan nama-Nya, berbeda dengan sifat
makhluk-Nya yang (kebanyakan) bertentangan dengan nama mereka…”
3. Termasuk segi yang
menunjukkan kemahaindahan al- Asma-ul husna adalah karena semua nama tersebut
menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan dan bagi-Nya dari semua sifat yang paling
sempurna, paling luas dan paling agung. Allah Ta‟ala berfirman,
“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat,
mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan
Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. an-Nahl 60).
Artinya: Allah Ta‟ala mempunyai sifat kesempurnaan yang
mutlak (tidak terbatas) dari semua segi.
4. Termasuk segi yang
menunjukkan kemahaindahan al- Asma-ul husna adalah karena Allah Ta‟ala
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya dengan
nama-nama tersebut dan itu merupakan sarana utama untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, karena Allah Ta‟ala mencintai nama-nama-Nya, dan Dia mencintai
orang yang mencintai nama-nama tersebut, serta orang yang menghafalnya,
mendalami kandungan maknanya dan beribadah kepada-Nya dengan konsekwensi yang
dikandung nama-nama tersebut. Allah Ta‟ala berfirman,
“Hanya milik Allah-lah asma-ul husna (nama-nama yang maha
indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan nama- nama itu” (QS al-A‟raaf 180).
Yang dimaksud dengan berdoa dalam ayat ini adalah mencakup
dua jenis doa, yaitu doa permintaan dan permohonan, serta doa ibadah dan
sanjungan. Doa permohonan adalah dengan menyebutkan nama Allah Ta‟ala
yang sesuai dengan permintaan yang kita sampaikan kepada-Nya. Contohnya: kita
berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan rahmatilah aku, sesungguhnya
Engkau adalah al-Gafuur (Maha Pengampun) dan ar-Rahiim (Maha Penyayang)”. “Ya Allah,
terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah at-Tawwaab (Maha Penerima
taubat)”. “Ya Allah, limpahkanlah rezki yang halal kepadaku, sesungguhnya
Engkau adalah ar-Razzaaq (Maha Pemberi rezki)”.
Adapun doa ibadah adalah dengan kita beribadah kepada Allah
Ta‟ala sesuai dengan kandungan nama- nama-Nya yang maha indah. Maka kita
bertaubat kepada-Nya karena kita mengetahui bahwa dia adalah at- Tawwaab (Maha
Penerima taubat), kita berzikir kepada- Nya dengan lisan kita karena kita
mengetahui bahwa dia adalah as-Samii‟ (Maha Mendengar), kita melakukan amal
shaleh dengan anggota badan kita karena mengetahui bahwa dia adalah al-Bashiir
(Maha Melihat), dan demikian seterusnya.
Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al- Asma-ul
husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di
gambarkan oleh manusia.
Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan
kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta‟ala, yang dengan itulah mereka
bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan
utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali
dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah
azza wa jalla dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia
pasti akan mencintai-Nya”.
Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah
dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat- sifat-Nya yang maha sempurna,
agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk
memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat- sifat kesempurnaan-Nya. [Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA]
Rahasia Keindahan Asma'ul Husna. Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Rahasia Doa
Anda baru saja membaca artikel tentang
0 comments:
Post a Comment